Sebuah Kreatifitas dan Proses Berkarya

Pendidikan merupakan alat dalam mencapai tujuan dan cita-cita setiap orang. Hal itu ditandai tumbuh pesatnya lembaga-lembaga yang mengaku sebagai rumah perubahan, artinya di sana setiap peserta didik disiapkan dan dibekali pengetahuan dalam menjalankan kehidupan. Di sinilah letak pendidikan diprioritaskan sebagai hal yang harus melekat pada diri seseorang. Sayangnya urgensi pendidikan hanya dipahami peserta didik sebagai hasil akhir. Akibatnya lulusan pendidikan menganggap angka yang diperoleh sebagai sesuatu yang mutlak. Padahal, semakin modern teknologi saat ini membuat setiap hal menjadi kompleks. Sehingga tidak ada hasil akhir dalam era modern ini. Selalu ada hal yang harus diselesaikan dan diteruskan lagi. Dengan begitu, proses pembelajaran tetap selalu ada.  Pembelajaran tidak hanya berhenti pada kelulusan. Kelulusan hanyalah simbol yang menandakan selesainya jenjang pendidikan.

Peserta didik yang hanya mengandalkan ceramah kelas hanya akan mendapatkan sedikit wawasan. Berbeda dengan individu yang aktif di lingkungan atau organisasi dan semacamnya. Sehingga bisa dilihat pada pemecahan masalah di antara keduanya. Sejalan dengan hal itu, maka kreativitas menjadi alternatif yang mesti dimiliki peserta didik. Kreativitas berarti mencipta, berkarya yang lahir dari proses berpikir. Descrates mengatakan “corgito ergo sum” aku berpikir, aku ada. Demikian, proses berpikir memiliki peran vital khususnya dalam menunjang kreativitas/proses menghasilkan sesuatu.

Untuk mengembangkan daya kreativitas tentunya diperlukan tahapan-tahapan yang perlu dijalankan peserta didik, diantaranya; Pertama, Membaca, proses membaca memberikan stimulus yang memperkaya kinerja otak peserta didik. Selain itu, membaca adalah aktivitas yang merangkum banyak hal. Di dalam proses membaca, penalaran dan daya kritis peserta didik akan berkembang. Membaca mempertajam daya ingat karena di situ terdapat pertukaran informasi lama menjadi baru. Memang dalam membaca, seseorang tidaklah membuat pikirannya menjadi murni. Sejalan dengan perkataan Imam Ar-razi “Tidaklah aku hidup, kecuali mengumpulkan kata si anu dan si fulan”. Namun, justru hal itulah yang membuat aktivitas membaca menciptakan formulasi-formulasi baru dan segar. Kedua, Bertukar pendapat, persoalan yang kompleks tidak menutup kemungkinan membuat pikiran mengalami kejumudan. Di dalam pancasila sendiri tertuang konsep musyawarah. Bertukar pendapat menjadi butir yang ada di dalam musyawarah. Selain menghargai pemikiran orang lain, bertukar pendapat memunculkan ide-ide baru yang terkadang tidak terpikirkan oleh kita. Dengan begitu, pikiran kita menjadi terbuka. Ketiga, Berani mencoba, perbedaan orang yang berharap dan tidak berharap adalah orang yang berharap adalah orang yang sudah mencoba sedangkan orang yang tidak berharap adalah mereka yang tidak pernah mencoba. Di sinilah terdapat perbedaan besar orang yang akan berkembang dan tidak. Kreativitas adalah proses mengembangkan diri sehingga kecemasan adalah hal mesti dihindari dalam mengembangkan kreativitas.

Selanjutnya beberapa hal tersebut adalah hal yang harus dimiliki peserta didik. Kemampuan peserta didik akan terbatas jika hanya dibekali dan mengandalkan angka. Tujuan pendidikan tidak hanya memberikan pengetahuan dan pengajaran pada peserta didik. Peserta didik disiapkan untuk menghadapi masa depan yang sama sekali belum terlihat oleh kita.

Shopping Cart